ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Jumat, 26 Agustus 2011

The White Tiger

The White TigerThe White Tiger by Aravind Adiga

My rating: 4 of 5 stars


#2010-80#



Politik suap. Manipulasi pajak. Pemilihan umum yang diatur. Persekongkolan negara. Tuan tanah yang merajalela. Rakyat miskin bertambah miskin. Dan tidak ada yang peduli pada mereka. Semua yang didengar seorang sopir dari balik kemudi majikannya.



Untuk siapa pembangunan? Untuk orang kaya. Orang-orang yang berbisnis di negara dan menolak membayar pajak, padahal itu untuk kesejahteraan orang miskin. Mereka menutup mata terhadap keadaan sekeliling, terpenjara dalam zona nyaman ber-AC, dalam sisi Gurgaon yang mewah di New Delhi, dan tahukah akan kemiskinan dan kemelaratan di Old Delhi?



Siapa yang diharapkan jujur? Pelayan pribadi, orang yang terikat hidupnya dengan si majikan tentunya. Orang yang dengan enak bisa diteriaki pencuri kalau ada apa-apa, tapi dilupakan jasanya apabila sudah berpayah-payah.



Jangan mengetes sopirmu dengan koin satu atau dua rupee-- dia mungkin akan mencurinya. Tapi tinggalkan satu juta dolar di hadapan seorang pembantu dan dia takkan menyentuh satu penny pun. Coba saja : tinggalkan tas hitam berisi satu juta dollar dalam taksi Mumbai. Si sopir akan menelepon polisi dan mengembalikannya sebelum hari berlalu. Saya jamin. (Apakah polisi akan mengembalikannya pada Anda atau tidak itu lain cerita, Sir!) h. 187



Potret negara berkembangkah ini? Masih banyak kelicikan dan kekejaman di mana-mana. Di mana ada jurang dalam antara si kaya dan si miskin. Pembangunan yang menggerogoti kaum Kegelapan, yang hanya bisa berdiri sebagai penopang, diinjak dan dibebani, sementara tuan-tuan mereka menaiki dengan anggun dan terhormat, dan berkata, 'Pembangunan untuk kita semua!'. Huh, jargon politik! Hanya untuk mengejar supaya si tuan dapat melanjutkan kekuasaannya.



Pelayan paling baik adalah yang menuruti majikan. Mereka dididik untuk itu. Bahkan untuk hal paling bodoh sekalipun. Seorang supir yang mengakui kesalahan majikannya yang menabrak anak kecil dalam keadaan mabuk.



Apa keluarga si sopir memprotes? Sama sekali tidak. Mereka bahkan malah akan menyombongkan hal ini. Putra mereka Balram mengambil alih tanggung jawab, ditahan di Penjara Tihar demi majikannya. Dia setia seperti anjing. Dia pembantu yang sempurna.

Para hakim? Mereka pasti tahu pengakuan itu dibuat dengan paksaan, kan? Tapi mereka juga bagian dari penipuan ini. Mereka menerima suap, lalu tidak mengacuhkan kerancuan apa pun dalan kasus ini. Dan, hidup terus berlanjut.
h. 181



Siapa yang binatang sebenarnya? Yah, manusia memang makhkuk yang paling kejam. Yang tega memakan, menghisap, menggigit kawanannya sendiri. Untuk kekayaan dan kekuasaan. Virus akal budi dan peri kemanusiaan hanya menggerogoti segelintir orang.



View all my reviews