ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Sabtu, 28 Januari 2012

When God was A Rabbit

When God was A RabbitWhen God was A Rabbit by Sarah Winman
My rating: 2 of 5 stars

#2011-45

Rasanya memang nggak biasa kalau kamu punya kelinci yang dikasih nama ‘god’. Atau ‘tuhan’. Atau mungkin kita saja yang nggak terbiasa untuk mengerti sekeluarga yang tidak percaya Tuhan. Mungkin kita bisa bilang aneh. Mungkin juga tidak. Keluarga dengan ayah dan ibu atheis, anak lelaki gay, tante lesbi, anak perempuan dengan rahasianya, sahabat perempuan yang masuk penjara, dan hadiah undian yang amat besar.

Dari awal ceritanya memang agak aneh dan penuh teka-teki. Banyak rahasia-rahasia yang disembunyikan dan tidak terungkap. Atau mungkin sebenarnya tersirat, tapi tidak tersurat. Agak aneh memang, karena kelihatannya buku ini cerita kehidupan keluarga yang diceritakan di atas.

when god was a rabbit : dari kalimatnya menjelaskan satu masa, ketika keluarga ini punya kelinci bernama ‘god’. Lalu apa istimewanya? Apa kelebihan kelinci ini? Apa ia seperti Edward Tulane di The Miraculous Journey of Edward Tulane Apa bedanya ketika ada ‘god’ dengan tidak ada ‘god’ (kelinci, maksud saya). Sepertinya keluarga ini tetap berjalan baik-baik saja. Jadi apa istimewanya kelinci ini? Mungkin ia hanya dijadikan satu simbol, penanda masa kecil.

Then what?? *bacanya geregetan*

Cerita ini menarik, tentang keluarga unik. Ngebayanginnya kalau film ini difilmkan mungkin seperti film The Kids are Allright, tentang 2 anak yang diasuh sepasang orangtua lesbian. Drama yang unik.

Tapi saya tidak bisa menikmati ceritanya. Apa cuma saya yang merasa demikian? Kenapa beberapa kalimat saya pasti mikir apa ya kalimatnya dalam bahasa inggris..
Maaf buat penerjemahnya yang kebetulan saya kenal. Kalimat-kalimatnya terasa ‘terjemahan banget’ dan agak tidak mengalir. Apa kata-kata dalam kalimat-kalimat asli tidak bisa diganti menjadi satu paragraf baru ya? Saya sih tidak tahu etik penerjemahan, tapi apabila dalam penerjemahannya kata per kata ini menimbulkan kekakuan (salah makna sih, tidak) apa boleh agak dibetulkan begitu? Maaf, karena saya bukan penulis juga, hanya pembaca, jadi kurang bisa memberikan saran kalimat.

h.127. scene : menatap ruang kosong yang ditinggalkan sebelum pindah.
Tidak ada piano untuk bermanuver; lukisan untuk mendandani tembok, atau karpet bertekstur berat untuk menghangatkan lantai batu. Tak ada lampu duduk yang menyembunyikan bayangan di sudut seperti penumpang gelap, atau peti kayu besar era Victoria yang berisi linen serta sachet-sachet lavender, dan berusaha keras menyingkirkan kelembaban selama bulan-bulan musim dingin. Tidak, semua itu belum kami punyai, tapi akan menyemarakkan hidup kami kelak.
Tidak ada piano yang bisa kami kelilingi (jika maksudnya manuver adalah itu), lukisan penghias dinding, atau karpet tebal penghangat lantai batu...
Tidak, semua itu belum kami miliki,...

h.152. scene : di perahu.
Kutelungkupkan tangan di depan alis, sinar matahari menusuk dan menerpa permukaan air, menyoroti buih yang centang perenang. Saat itu salah satu hari pengujung musim panas, baik alam maupun Joe merespons. Ia berbaring di lapisan jok dan menutupi wajahnya dengan topi memancing.
Kutudungkan tangan di atas mata,...menyoroti buih yang centang perenang (maaf dengan sering digunakannya kata ini akhir-akhir ini, saya nggak ngerti apa sih artinya centang perenang? Saya kira sejenis kondisi tali..).. hari penghujung (atau memang pengujung yang benar?) .. maupun Joe merespon (tanpa ‘s’)...

h.163. scene : di halaman.
Hari itu musim panas dan cerah, hari pertamaku melihat Mr. Arthur Henry berjalan memasuki desa mengakibatkan banyak mulut ternganga dan gosip Cornish yang bermacam-macam di siang hari. Ia mengenakan linen rangkap empat, kemeja bergaris biru dan kuning, serta dasi polkadot merah muda yang sangat besar hingga lehernya hampir tak terlihat. Ia membawa tongkat di satu tangan dan surat kabar di tangan sebelah lagi. Lalu sesekali ia mengibaskan tawon yang tertarik pada wangi manisnya bebungaan yang menguar dari kulit pucatnya.
Apa sih gosip Cornish atau linen rangkap empat? Mungkin perlu ditambahkan catatan kaki di sini.

Back cover :
Sementara itu, Elly memiliki rahasia besar yang disimpan erat-erat dari orang tuanya dan hanya diketahui oleh kakaknya, Joe. Tuhan jelas tidak sedang bermain dadu dalam hidup Ellie. Namun, ketika kemudian seekor kelici muncul dengan nama GOD, kehidupan Elly dan keluarganya pun berubah.
Elly dan Ellie. Apa nama panggilan bisa tidak konsisten dalam penulisan verbalnya? Kalau di dalam percakapan, mungkin bisa. Tapi kalau kalimat biasa, mungkin lebih baik tetap konsisten. Apalagi ini back cover.

Rahasia-rahasia yang ada di awal cerita, apakah terungkap di akhir? Kalau saya baca sih terungkap, namun dalam kondisi masih dirahasiakan (dari pembaca, untuk tokoh2nya sih, terungkap). Apa tabu untuk diungkapkan dengan gamblang? Rasanya enggak. Apa memang ceritanya begitu? Sengaja dengan gaya teka teki? Seperti menyembunyikan sesuatu yang dialami tokoh utama dengan menceritakan drama bertahun-tahun. Isu yang mau diangkat menjadi tidak kelihatan, tentang atheis dan rahasia Elly, tenggelam dalam kejadian-kejadian yang dialami keluarga ini, pindah rumah, gay, penjara, homeschool. Mungkin juga cerita ini ditulis tidak untuk menceritakan isu itu.

Mungkin hanya tentang hidup.




View all my reviews

Tidak ada komentar: