ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Jumat, 18 Oktober 2013

Niskala

NiskalaNiskala by Daniel Mahendra

My rating: 4 of 5 stars


right book at the right time to read.

bacalah jika kamu merasa ragu.



View all my reviews

The Various Flavours Of Coffee - Rasa Cinta dalam Kopi

The Various Flavours Of Coffee - Rasa Cinta dalam KopiThe Various Flavours Of Coffee - Rasa Cinta dalam Kopi by Anthony Capella

My rating: 4 of 5 stars


Aku bukan penggemar kopi. Bukan karena tidak suka, tapi lebih ke masalah kesehatan. Minum kopi bisa membuat perutku mual dan berkeringat dingin. Mungkin karena kandungan kafein di dalamnya yang memacu detak jantung lebih cepat dan juga memacu asam lambung untuk berproduksi sehingga hanya kembung yang kurasakan ketika memaksakan diri menenggak segelas kopi yang berbau harum untuk memaksa mata tetap melotot ketika lelah.

Sialnya, aku mencintai aroma kopi.

Lalu kusadari, masalahku dengan kopi ini hanya terjadi ketika minum kopi instan dalam sachet. Semua kopi sachet yang kuminum, sampai yang namanya terkenal secara internasional pun berefek sama pada perutku. Sampai aku menemukan satu merk yang dihidangkan padaku ketika aku meeting di pabrik pembuatnya. Yang juga memproduksi permen kopi terkenal. Harumnya membuatku mencicipnya sedikit ketika masih panas dan berbuih. Eih, satu jam, dua jam, sampai pulang, tak bermasalah dengan perutku. Akhirnya sesekali aku mencobanya, hanya dengan merk dan jenis itu.

Namun memang kopi itu harus diminum dalam kondisi tertentu. Kadang aku nyaman meminumnya, kadang juga tidak. Mungkin ada satu kondisi lelah yang tak tertanggungkan oleh kopi.

Awal tahun ini aku terbang ke Belitong. Di sana terkenal dengan kedai kopinya sebagai tempat bermasyarakat, bersosialisasi antar penduduknya. Aku mencoba minum kopi di saat sarapan di satu kedainya. Aromanya yang harum, dari bubuk kopi lokal yang dimasak terus menerus di tungku batu, menguarkan bau yang menggoda untuk dicicip. Dan ternyata, tidak bermasalah dengan perutku.

Aku jarang minum kopi kecuali butuh. Dan terkadang aku lebih memilih minuman lainnya untuk menjaga mata dari kantuk. Namun kopi-kopi lokal ini, yang dimasak dengan air mendidih, bukan dengan air dispenser, memang memberikan sensasi menggoda. Sehingga aku pun jadi rajin mencobai kopi-kopi lokal di tempat-tempat yang kudatangi.

Membaca buku ini membuatku merindukan lagi harumnya kopi. Bagaimana ia berada di gudang dan meraup segenggam biji kopi untuk dibaui, membuatku kembali ke gudang harum di belakang toko Kopi Aroma Bandung. Cara menikmati kopi dengan mencium dan menyesapnya sebagai teman diskusi membuatku percaya bahwa peminum kopi adalah pemikir. Bertualang mencari bibit kopi terbaik hingga Afrika dan Brasil, hingga sejarah moka yang berasal dari kota Mecca. Dalam beberapa cerita lain yang pernah kubaca juga dikisahkan bahwa kopi dibawa ke Indonesia oleh pedagang dari Arab.

Kopi yang tersaji dari rumah hingga gelas di warung atau di kafe mahal di sebuah pusat perbelanjaan memberikan gengsi pada lokasi meminumnya.
Tapi untukku tempat minum kopi hanya satu : di material berbahan gelas. Aku nggak suka kopi di cangkir kertas.



View all my reviews

Labirin Rasa : Beri Ruang untuk Hati Temukan Cintanya

Labirin Rasa : Beri Ruang untuk Hati Temukan CintanyaLabirin Rasa : Beri Ruang untuk Hati Temukan Cintanya by Eka Situmorang-Sir

My rating: 3 of 5 stars


Berhubung begitu banyak pembaca menulis terntang Kayla yang keriting dan jerawatan (sesaat ngaca, enggak ah, gak jerawatan) jadi aku mau melihatnya dari satu sosok yang nyebelin sepanjang bacanya. Iyah, Ruben. Cowok ganteng yang nyebelin ini menghiasi lebih dari separuh cerita buku ini. Eh, bukan sekadar hiasan, ding. Ia pangeran malah.. (lah, kalau pangeran sih pajangan ateuh..)

Pertama kali Kayla ketemu Ruben di kereta Jakarta - Jogja. Cowok yang digambarkan gantengnya mirip Adipati Dolken ini (menurut saya ya, kalau menurut kamu enggak ya sah-sah aja) berhasil memikat hati Kayla sejak pertama kali bertemu. Si Ruben ini sok kegantengan banget, mentang-mentang disuruh nganter-nganterin cewek ikal jerawatan, terus merasa dirinya lebih oke gitu dan asik menebar pesona. Padahal, dia kan bisa aja nggak mau temenan dngan alasan nganter-nganter pacarnya yang cantik bak pramugari itu.

Kan, dengan Ruben yang sok baik ke Kayla, bikin si cewek ini ngerasa yang enggak-enggak. Apalagi di umur segitu masa kuliah, kayaknya emang harus sah punya gandengan buat dibawa ke mana-mana. Potensi Kayla buat ge-er nih gede banget, apalagi kota wisata macam Jogja gitu kan, ditemani senyum Ruben pula yang sangat meruntuhkan iman.

Kedua ketemu Ruben lagi sesudah ia lulus kuliah, tentu saja Kayla sudah agak cakepan sesudah lulus kuliah. Mereka jalan bareng lagi waktu ke Medan, bahkan ke Danau Toba berdua. Ya ampuunnn... ini Ruben nyebelin lagi deh. Masa waktu jalan sama Kayla, dia masih sempet flirting kiri kanan, sih? Danau Toba itu indah loh, seharusnya menjadi lokasi yang tepat untuk menyatakan cinta, tapi apa yang Ruben lakukan?

Lagi-lagi dia tebar pesona dan sok yakin bahwa Kayla sudah begitu terikat dengan dirinya sehingga nggak mungkin lepas lagi. Ih, bodoh kamu mas! Cewek pejalan itu selalu hati-hati, nggak segitu gampangnya ngelepasin hati. Makanya kalau punya relationship, mau itu TTM atau HTS ya dijaga aja (eiyah, gak jelas juga) harus dimaintenance. Jangan mentang-mentang ngerasa cewek itu udah deket banget dan tergila-gila padamu, terus bisa dikasih sikap apa aja.

Dan di Jakarta akhirnya mereka jadian dong.. Walaahh butuh berapa tahun tuh buat menyadari bahwa Kayla yang dulu keriting dan jerawatan, udah menjadi wanita kantoran yang cakep. Sebel dong, kenapa ia baru ngeh Kayla pas udah cakep, yang selama ini jadi korban permainan hatinya. Nah sialnya, perubahan status dari HTS ke pacaran ini selalu bikin p-o-s-e-s-i-f. Kalau sudah kerja kan pilihan kesibukan orang cuma dua, sibuk dan sibuk banget. Kayla nggak sempet jalan-jalan lagi, gak sempet pacaran lagi, dan apa yang terjadi.. Ruben marah besar.

Emang sih kalau sudah pacaran, ada ekspektasi lebih daripada sekadar HTS-an. Pengen sering ketemu, pengen diperhatiin, pengen telfon tiap hari, pengen dikangenin, pengen diajak cerita bareng, ada ciuman ada temennya (masa sendiri, sih?) pengen.. yah, macam-macam deh.. betewe juga, hak dan kewajiban orang pacaran apaan sih ya sebenarnya? :D (lah, malah curcol).. dan terjadilah hal yang membuat Ruben menjadi cowok termenyebalkan sepanjang buku *ulek-ulek Ruben pake cobek*.

Saran buat cewek-cewek sih, kalau ada cowok yang semodel Ruben begini, hati-hati aja deh.. Memang nggak semua cowok ganteng itu nggak baik seperti nggak semua cowok jelek itu nyebelin, setidaknya yang ganteng nyebelin ini bisa dipelajari dari si Ruben ini. Cari trik dan siasat kalau pengen mendapatkan yang seperti ini. Kegantengan bukan selalu syarat sih, tapi bisa jadi bahan pertimbangan, haha. Dan cowok menyebalkannya nggak cuma satu di Labirin rasa. Ada banyaak.. kamu bisa lihat dan pelajari tipe masing-masing.

Ada David penggemar cewek seksi, ada Andy yang jutek, ada Patar yang protektif, bisa dipelajari lah tipe-tipe cowok dan upaya memenangkan hati. Eih, hati untuk dimenangkan? Emangnya kejuaraan?? Emangnya sayembara???
iya doongg, kan harus keluar dari labirin.. Untuk memenangkan Goblet of Fire. :))

"You came along. And I feel belonged. Giggling with plently happiness. Seizing the day business, I see the blue sky when you drop by. I don't know why but all of sudden, the flowers bloom and the images loom. I talk to an angel. I talk to you."




View all my reviews